Era digital membuat data menjadi “minyak baru”. Namun, semakin besar perannya, semakin besar pula ancaman yang muncul. Krisis keamanan data global kini menjadi isu utama yang menentukan siapa sebenarnya mengendalikan informasi dunia.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Amazon, Meta, dan Alibaba menguasai miliaran data pribadi. Dari perilaku belanja hingga preferensi politik, semua tercatat dalam algoritma mereka.
Masalahnya, tidak ada batasan yang jelas mengenai bagaimana data itu digunakan. Kasus kebocoran data besar, seperti Cambridge Analytica, menjadi peringatan keras tentang penyalahgunaan informasi.
Negara-negara juga tidak tinggal diam. Cina, AS, dan Uni Eropa bersaing ketat membuat regulasi sekaligus memanfaatkan data untuk kepentingan geopolitik.
Rakyat biasa menjadi pihak yang paling rentan. Mereka sering tidak sadar bahwa data pribadi mereka diperdagangkan atau dimanipulasi untuk kepentingan politik maupun bisnis.
PBB menyerukan adanya perjanjian global tentang tata kelola data, tetapi hingga kini belum ada kesepakatan karena benturan kepentingan.
Kesimpulannya, krisis keamanan data adalah tantangan abad ke-21. Dunia harus segera menemukan cara adil untuk melindungi privasi sambil memanfaatkan data sebagai sumber daya strategis.

